ATRAKSI YANG ADA DI SUMATERA
1. Perang
Ketupat
Perang
Ketupat atau sering juga disebut Aci Rah Pengangon merupakan upacara bermakna
bentuk ungkapan rasa terima kasih kepada Sang Hyang Widhi, atas hasil panen,
terhindar dari kekeringan, juga doa untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan
umat manusia. Upacara Perang Ketupat ini diadakan di desa Kapal, kabupaten
Badung kira kira lebih kurang 20 menit dari Ibukota Denpasar Bali. Upacara
Perang Ketupat ini adalah salah satu tradisi adat budaya Umat Hindu di Bali
yang tergolong unik dan merupakan warisan leluhur yang masih terus
dilaksanakan secara turun temurun dari dari generasi ke generasi sampai saat
ini. Upacara Perang Ketupat pertama kali diadakan kira kira abad 13 masehi dan
dirayakan 1 tahun sekali saat ini. Upacara Perang Ketupat ini Pelaksanaan nya
di diawali dengan melakukan upacara sembahyang bersama oleh seluruh warga
desa di pura setempat. Pada saat upacara tersebut berlangsung, sambil
membaca mantra mantra pemangku adat memercikan air suci keseluruh warga peserta
Perang Ketupat lalu berdoa memohon kepada Hyang Widhi agar upacara Perang
Ketupat bisa suksess dan memberikan kesejahteraan dan keselamatan para
warga desa. Selesai melakukan sembahyang di pura, peserta menyiapkan amunisi,
di sini lah terdapat keunikan perang ketupat, sesuai dengan namanya, amunisi
tersebut adalah ketupat hasil dari sumbangan para warga desa Kapal,
Badung yang berjumlah ribu yang dikumpulkan, yang akan digunakan untuk melempar
musuh atau lawan. Peserta upacara Perang Ketupat ini di bagi dua kelompok
dan saling berhadapan satu sama lain, setelah semuanya siap, jalanan yang ada
di depan pura akan ditutup selama 30 menit untuk semua kendaraan bermotor.
Kemudian, “perang” pun dimulai. Dengan terlebih dahulu diberikan aba aba, aksi
saling lempar melempar ketupat menjadi saat menarik karena begitu riuh dengan
sorak sorai peserta dan warga setempat yang ikut dan menyaksikan upacara Perang
Ketupat, ini berlangsung kira kira lebih kurang selama selama 30 menit.

Setelah
upacara Perang Ketupat selesai , seluruh peserta, warga desa juga orang orang
yang berada disana berbarengan tertawa dan bercerita lalu saling berjabat
tangan , berpelukan dengan suka cita dan tidak ada dendam di antara mereka. Bila
kita liat dari pemaparan di atas segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang
abadi, jadi rawat dan jaga lah adat tradisi agar tidak hilang di telan masa dan
modernisasai. Atraksi upacara Perang Ketupat ini adalah hal yang menarik dan
begitu kental dengan adat tradisi yang tetap dilestarikan oleh umat Hindu di
Bali.bila anda ingin menyaksikan nya datang lah ke Bali pulau para Dewata.
2.
Lesong
Batang
TAMADUN -- Maras Taun merupakan kegiatan
adat istiadat masyarakat Belitong, yang sudah menjadi tradisi turun temurun dan
dilaksanakan dalam setiap tahunnya.Sebagai bentuk untuk membersihkan diri dan
menyelesaikan berbagai permasalahan, serta persoalan pada tahun sebelumnya.
Pelaksanaan Maras Taun secara rutin diadakan disejumlah perkampungan di Pulau
Belitung, termasuk di Kabupaten Beltim, seperti yang diadakan di Desa
Jangkarasam Kecamatan Gantung, bertempat dikediaman Tardi selaku pemuka adat
atau dikenal dengan sebutan sebagai dukun muda diperkampungan setempat,
beberapwa waktu lalu. Perayaan Maras Taun Desa Jangakarasam ini dihadiri para
pejabat muspida di Kabupaten Beltim serta sejumlah warga masyarakat dari
berbagai tempat. Rangkaian perayaan Maras Taun di Desa Jangkarasam ini diisi
dengan permainan Lesong Batang oleh bupati didampingi tokoh masyarakat
setempat, serta atraksi permainan Lesong Batang oleh warga sekitar. Dilanjutkan
dengan pemotongan lepat oleh bupati, lalu diserahkan ke kepala desa dan Ketua Adat
Desa Jangkarasam Hasin, yang juga sebagai dukun kampung setempat.

"Adat istiadat Belitong seperti ini perlu dijaga dan dipelihara, serta dapat dilaksanakan dalam setiap tahunnya. Saya bermimpi Maras Taun ini jadi trade mark, dalam pengembangan dunia pariwisata di Kabupaten Beltim," ungkap Basuri, Bupati Beltim. Ia berharap ada pengembangan dan penggalian yang lebih terhadap kesenian tradisional Belitong, seperti halnya dalam atraksi Lesong Batang dapat diiringi dengan alunan musik campak, serta nyanyian syair pantun oleh anak-anak muda. Sehingga memiliki ciri khas tersendiri, dan bisa menarik perhatian orang luar untuk datang. Permainan Lesong Batang ini merupakan beberapa permaian tradisional khas Belitung, yang belakangan hanya dipertunjukan pada kegiatan kesenian dan budaya diadakan oleh pemerintah daerah, mamupun pihak lainnya. Lesong Batang sudah jarang ditemukan. Apalagi dimainkan oleh anak-anak maupun remaja. Permaianan yang mengarah kepada kecanggihan teknologi, membuat permainan tradisional Lesong Batang tersingkirkan. Seperti permainan Lesong Batang pada acara Maras Taun di Desa Jangkarasam dimainkan oleh kalangan oran tua. Permaian Lesong Batang ini membutukan konsentrasi penuh, dalam mengikuti irama dari setiap bunyi benturan kayu yang beriraman. Sebab setiap pemain harus bisa menerima lemparan kayu yang dilempar oleh pemain lainnya.
3. Buang Jong

Buang Jong yang berarti membuang atau melepaskan perahu kecil ke laut. Perahu kecil tersebut berbentuk kerangka yang didalamnya berisi sesajian dan "ancak" yaitu rumah-rumahan juga berbentuk kerangka yang melambangkan tempat tinggal. Tradisi budaya ini secara turun temurun dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Suku Sawang di Kabupaten Belitung menjelang musim barat, sekitar bulan Agustus atau Nopember. Dimana angin dan ombak laut pada bulan tersebut sangat ganas dan mengerikan. Gejala alam seperti ini dianggap suatu pertanda bahwa mereka (Suku Sawang) sudah waktunya mengadakan persembahan kepada penguasa laut (dewa laut) lewat upacara Ritual Buang Jong dengan tujuan memohon perlindungan agar terhindar dari bencana yang akan menimpa selama mereka mengarungi lautan lepas untuk menangkap ikan. Prosesi upacara berjalan dengan sakral dan panjang. Biasanya dengan peraturan-peraturan adat yang ada dalam upacara dan harus mereka penuhi. Keseluruhan prosesi upacara dipimpin oleh seorang dukun atau pemuka adat. Untuk mengangkat tradisi ini menjadi kegiatan pariwisata, kini sudah dapat disaksikan setiap bulan Nopember pada acara "Festivel Buang Jong".
ATRAKSI
YANG ADA DI JAWA
1.
Karapan sapi
Keunikan kerapan sapi merupakan hal utama yang menarik bagi
sebagian besar wisatawan saat datang ke Pulau Madura. Perayaan kerapan sapi ini
tidak dapat Anda temukan di daerah lain di Indonesia dan bahkan dunia.
Kemeriahan tradisi ini begitu terasa saat perlombaan diiringi musik gamelan
tradisional saronen juga teriakan penonton yang menyemangati sapi saat
berpacu dengan kencangnya. Kerapan sapi adalah perlombaan pacuan sepasang sapi
dikendarai oleh seorang joki yang disebut tukang tongko. Tukang
tongko tersebut berdiri di atas kaleles yang ditarik oleh sapi. Jokinya
berdiri mengendalikan pasangan sapi dalam kecepatan tinggi di jalur pacuannya
berjarak 100 meter dalam waktu 10 detik sampai 1 menit. Kerapan bukanlah
sekadar pertandingan pacuan sapi biasa. Di dalamnya terlibat tim pengatur
termasuk taktik dan strategi pesertanya. Pelakunya adalah: tukang tongko
adalah joki yang mengendalikan sapi pacuan; tukang tambeng yang menahan
kekang sapi sebelum dilepas; tukang gettak yang menggertak sapi agar
pada saat diberi aba-aba sapi itu berlari kencang lurus ke depan; tukang
tonja yang bertugas menarik dan menuntun sapi agar patuh pada pelatihnya; tukang
gubra yaitu anggota rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi
semangat pada sapinya dari tepi lapangan dan tidak boleh memasuki lapangan.
Sebelum dimulai, sapi berpasangan tersebut akan diarak mengelilingi arena
pacuan diiringi gamelan madura (saronen). Saronen merupakan musik
dan tarian pengiring kerapan sapi sebelum terjun ke medan laga. Suaranya
didominasi terompet dan tabuhan gong bertalu-talu yang dimainkan sekelompok
pria berpakaian warna-warni khas Madura.

Asal
mula kerapan sapi menurut cerita rakyat Madura dimulai oleh seorang ulama
penyebar agama Islam bernama Syech Ahmad Baidawi yang dikenal dengan sebutan
Pangeran Katandur yaitu putra Pangeran Pakaos, cucu Sunan Kudus. Selain
menyebarkan agama Islam, Pangeran Katandur juga ahli bercocok tanam dengan
mengajarkan penduduk setempat cara membajak tanah yang disebut nanggala atau salaga
yaitu menggunakan 2 bambu yang ditarik 2 ekor sapi. Kemudian lambat laun
banyaknya petani yang menggunakan tenaga sapi untuk menggarap sawahnya sehingga
secara bersamaan timbullah niat untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya.
Akhirnya, perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olah raga lomba
adu cepat yang disebut kerapan sapi.Pulau Madura yang terletak di lepas pantai
Jawa Timur merupakan tempat menarik untuk Anda kunjungi dan perolehlah
pengalaman unik sekaligus mengesankan di sini. Kunjungilah Madura melalui
jembatan Suramadu atau hanya 1,5 jam dengan menggunakan feri. Anda juga dapat
menggunakan kendaraan umum atau sewaan dari Surabaya untuk sampai di berbagai
kota di Madura.
2.
Kuda
renggong
Koda
renggong merupakan seni pertunjukan tradisional yang sangat populer di
kabupaten Sumedang. Atraksi ini berupa pertunjukan dimana seekor kuda yang
terlatih melakukan gerakan menari dan berjalan mengikuti hentakan musik
tradisional sunda yang disebut kendang pencak.
Seekor
kuda dilatih dengan baik untuk membuat gerakan seperti menari atau kadang juga
melakukan gerakan seperti berkelahi melawan pelatihnya dengan gaya pencak
silat. Oleh sebab itulah pertunjukan ini juga sering disebut dengan pertunjukan
kuda pencak. Mulai tahun 1910 hingga sekarang kuda
renggong secara tradisional sering dipertontonkan pada acara khitanan /
sunatan. Sebelum seorang anak dikhitan, sang anak diarak mengelilingi kota di
atas punggung kuda renggong diikuti oleh anggota keluarga dan kerabat dekat
yang ikut menari di depanya dan berkeliling dari satu desa ke desa lainya.

3.
3. Wayang
Golek
![]()
Di Sumedang, salah satu tempat di
mana terdapat banyak pengrajin wayang golek ialah desa Rancakalong, sebuah
desa yang terletak antara Bandung - Suedang tepatnya sebelum Cadas Pangeran.
Desa Ranca Kalong saat ini juga dijadikan sebagai desa wisata di mana kerap
ditampilkan pertunjukan wayang golek dan atraksi kesenian lainnya seperti
tari jaipongan, tari merak dan tari topeng.Selain menyaksikan pertunjukan
kesenian, anda bisa membeli wayang golek untuk dijadikan souvenir untuk
dibawa pulang, harga yang ditawarkan juga cukup murah dengan kualitas yang
cukup baik.
|