Rabu, 26 November 2014

atraksi yang ada di Sumatera&Jawa



ATRAKSI YANG ADA DI SUMATERA

1.   Perang Ketupat
Perang Ketupat atau sering juga disebut Aci Rah Pengangon merupakan upacara bermakna bentuk ungkapan rasa terima kasih kepada Sang Hyang Widhi, atas hasil panen, terhindar dari kekeringan, juga doa untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan umat manusia. Upacara Perang Ketupat ini diadakan di desa Kapal, kabupaten Badung kira kira lebih kurang 20 menit dari Ibukota Denpasar Bali. Upacara Perang Ketupat ini adalah salah satu tradisi adat budaya Umat Hindu di Bali yang tergolong unik dan merupakan warisan leluhur yang masih  terus dilaksanakan secara turun temurun dari dari generasi ke generasi sampai saat ini. Upacara Perang Ketupat pertama kali diadakan kira kira abad 13 masehi dan dirayakan 1 tahun sekali saat ini. Upacara Perang Ketupat ini Pelaksanaan nya di diawali dengan  melakukan upacara sembahyang bersama oleh seluruh warga desa di pura setempat. Pada saat upacara tersebut berlangsung,  sambil membaca mantra mantra pemangku adat memercikan air suci keseluruh warga peserta Perang Ketupat lalu berdoa  memohon kepada Hyang Widhi agar upacara Perang Ketupat  bisa suksess dan memberikan kesejahteraan dan keselamatan para warga desa. Selesai melakukan sembahyang di pura, peserta menyiapkan amunisi, di sini lah terdapat keunikan perang ketupat, sesuai dengan namanya, amunisi tersebut adalah ketupat  hasil dari sumbangan para warga desa Kapal, Badung yang berjumlah ribu yang dikumpulkan, yang akan digunakan untuk melempar musuh atau lawan. Peserta upacara Perang Ketupat  ini di bagi dua kelompok dan saling berhadapan satu sama lain, setelah semuanya siap, jalanan yang ada di depan pura akan ditutup selama 30 menit untuk semua kendaraan bermotor. Kemudian, “perang” pun dimulai. Dengan terlebih dahulu diberikan aba aba, aksi saling lempar melempar ketupat menjadi saat menarik karena begitu riuh dengan sorak sorai peserta dan warga setempat yang ikut dan menyaksikan upacara Perang Ketupat, ini berlangsung kira kira lebih kurang selama selama 30 menit.
Setelah upacara Perang Ketupat selesai , seluruh peserta, warga desa juga orang orang yang berada disana berbarengan tertawa dan bercerita lalu saling berjabat tangan , berpelukan dengan suka cita dan tidak ada dendam di antara mereka. Bila kita liat dari pemaparan di atas segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang abadi, jadi rawat dan jaga lah adat tradisi agar tidak hilang di telan masa dan modernisasai. Atraksi upacara Perang Ketupat ini adalah hal yang menarik dan begitu kental dengan adat tradisi yang tetap dilestarikan oleh umat Hindu di Bali.bila anda ingin menyaksikan nya datang lah ke Bali pulau para Dewata.

2.   Lesong Batang
TAMADUN -- Maras Taun merupakan kegiatan adat istiadat masyarakat Belitong, yang sudah menjadi tradisi turun temurun dan dilaksanakan dalam setiap tahunnya.Sebagai bentuk untuk membersihkan diri dan menyelesaikan berbagai permasalahan, serta persoalan pada tahun sebelumnya. Pelaksanaan Maras Taun secara rutin diadakan disejumlah perkampungan di Pulau Belitung, termasuk di Kabupaten Beltim, seperti yang diadakan di Desa Jangkarasam Kecamatan Gantung, bertempat dikediaman Tardi selaku pemuka adat atau dikenal dengan sebutan sebagai dukun muda diperkampungan setempat, beberapwa waktu lalu. Perayaan Maras Taun Desa Jangakarasam ini dihadiri para pejabat muspida di Kabupaten Beltim serta sejumlah warga masyarakat dari berbagai tempat. Rangkaian perayaan Maras Taun di Desa Jangkarasam ini diisi dengan permainan Lesong Batang oleh bupati didampingi tokoh masyarakat setempat, serta atraksi permainan Lesong Batang oleh warga sekitar. Dilanjutkan dengan pemotongan lepat oleh bupati, lalu diserahkan ke kepala desa dan Ketua Adat Desa Jangkarasam Hasin, yang juga sebagai dukun kampung setempat.

"Adat istiadat Belitong seperti ini perlu dijaga dan dipelihara, serta dapat dilaksanakan dalam setiap tahunnya. Saya bermimpi Maras Taun ini jadi trade mark, dalam pengembangan dunia pariwisata di Kabupaten Beltim," ungkap Basuri, Bupati Beltim. Ia berharap ada pengembangan dan penggalian yang lebih terhadap kesenian tradisional Belitong, seperti halnya dalam atraksi Lesong Batang dapat diiringi dengan alunan musik campak, serta nyanyian syair pantun oleh anak-anak muda. Sehingga memiliki ciri khas tersendiri, dan bisa menarik perhatian orang luar untuk datang.  Permainan Lesong Batang ini merupakan beberapa permaian tradisional khas Belitung, yang belakangan hanya dipertunjukan pada kegiatan kesenian dan budaya diadakan oleh pemerintah daerah, mamupun pihak lainnya. Lesong Batang sudah  jarang ditemukan. Apalagi dimainkan oleh anak-anak maupun remaja. Permaianan yang mengarah kepada kecanggihan teknologi, membuat permainan tradisional Lesong Batang  tersingkirkan. Seperti permainan Lesong Batang pada acara Maras Taun di Desa Jangkarasam  dimainkan oleh kalangan oran tua.  Permaian Lesong Batang ini membutukan konsentrasi penuh, dalam mengikuti irama dari setiap bunyi benturan kayu yang beriraman. Sebab setiap pemain harus bisa menerima lemparan kayu yang dilempar oleh pemain lainnya.





3.   Buang Jong

http://belitung.info/indonesia/images/jong.jpg



Buang Jong yang berarti membuang atau melepaskan perahu kecil ke laut. Perahu kecil tersebut berbentuk kerangka yang didalamnya berisi sesajian dan "ancak" yaitu rumah-rumahan juga berbentuk kerangka yang melambangkan tempat tinggal.  Tradisi budaya ini secara turun temurun dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Suku Sawang di Kabupaten Belitung menjelang musim barat, sekitar bulan Agustus atau Nopember. Dimana angin dan ombak laut pada bulan tersebut sangat ganas dan mengerikan. Gejala alam seperti ini dianggap suatu pertanda bahwa mereka (Suku Sawang) sudah waktunya mengadakan persembahan kepada penguasa laut (dewa laut) lewat upacara Ritual Buang Jong dengan tujuan memohon perlindungan agar terhindar dari bencana yang akan menimpa selama mereka mengarungi lautan lepas untuk menangkap ikan.  Prosesi upacara berjalan dengan sakral dan panjang. Biasanya dengan peraturan-peraturan adat yang ada dalam upacara dan harus mereka penuhi. Keseluruhan prosesi upacara dipimpin oleh seorang dukun atau pemuka adat. Untuk mengangkat tradisi ini menjadi kegiatan pariwisata, kini sudah dapat disaksikan setiap bulan Nopember pada acara "Festivel Buang Jong".



ATRAKSI YANG ADA DI JAWA

1.   Karapan sapi
Keunikan kerapan sapi merupakan hal utama yang menarik bagi sebagian besar wisatawan saat datang ke Pulau Madura. Perayaan kerapan sapi ini tidak dapat Anda temukan di daerah lain di Indonesia dan bahkan dunia. Kemeriahan tradisi ini begitu terasa saat perlombaan diiringi musik gamelan tradisional saronen juga teriakan penonton yang menyemangati sapi saat berpacu dengan kencangnya. Kerapan sapi adalah perlombaan pacuan sepasang sapi dikendarai oleh seorang joki yang disebut tukang tongko. Tukang tongko tersebut berdiri di atas kaleles yang ditarik oleh sapi. Jokinya berdiri mengendalikan pasangan sapi dalam kecepatan tinggi di jalur pacuannya berjarak 100 meter dalam waktu 10 detik sampai 1 menit. Kerapan bukanlah sekadar pertandingan pacuan sapi biasa. Di dalamnya terlibat tim pengatur termasuk taktik dan strategi pesertanya. Pelakunya adalah: tukang tongko adalah joki yang mengendalikan sapi pacuan; tukang tambeng yang menahan kekang sapi sebelum dilepas; tukang gettak yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba sapi itu berlari kencang lurus ke depan; tukang tonja yang bertugas menarik dan menuntun sapi agar patuh pada pelatihnya; tukang gubra yaitu anggota rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapinya dari tepi lapangan dan tidak boleh memasuki lapangan. Sebelum dimulai, sapi berpasangan tersebut akan diarak mengelilingi arena pacuan diiringi gamelan madura (saronen). Saronen merupakan musik dan tarian pengiring kerapan sapi sebelum terjun ke medan laga. Suaranya didominasi terompet dan tabuhan gong bertalu-talu yang dimainkan sekelompok pria berpakaian warna-warni khas Madura.
http://id.indonesia.travel/public/media/images/upload/poi/6.%20Kemeriahan%20Kerapan%20Sapi%20di%20Madura%20Saat%20Sapi%20Berpacu%20di%20Arena%20%282%29.jpgSemua sapi kerapan akan diarak memasuki lapangan sebelum berlomba, sapi-sapi itu berparade agar dikenal penonton sambil memamerkan pakaian, hiasan, dan gantungan-gantungan genta di lehernya. Setelah parade selesai, pakaian dan hiasan pun dibuka, hanya asesoris yang tidak mengganggu gerak saja yang masih dibiarkan melekat. Sapi jantan yang dilombakan tersebut sebelumnya diberi minum arak lalu dilepaskan ke dalam arena perlombaan hingga berpaculah dengan kencangnya dikemudikan tukang tongko. Waktu tercepat yang pernah tercatat adalah 9 detik menempuh jarak lebih dari 100 meter. Sapi-sapi yang dilombakan adalah sapi-sapi pilihan yang harganya cukup mahal bahkan ada yang mencapai ratusan juta rupiah. Kerapan sapi diselenggarakan di berbagai wilayah di Madura sekitar akhir bulan Juli sampai Oktober. Perlombaan ini mulai dari tingkat kecamatan dan kabupaten hingga puncaknya adalah Kerapan Sapi Akbar atau Gubeng pada akhir September atau Oktober di Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden. Pada saat finalnya, lomba ini melibatkan sampai 100 sapi yang dihiasi pita dan bunga-bunga dan kemudian berparade di dalam kota.Saat perlombaan berlangsung maka akan terbagi menjadi beberapa babak. Babak pertama adalah penentuan kelompok menang dan kelompok kalah. Babak kedua adalah penentuan juara kelompok kalah. Kemudian babak ketiga adalah penentuan juara kelompok menang. Piala Bergilir Presiden hanya diberikan pada juara kelompok menang.
Asal mula  kerapan sapi menurut cerita rakyat Madura dimulai oleh seorang ulama penyebar agama Islam bernama Syech Ahmad Baidawi yang dikenal dengan sebutan Pangeran Katandur yaitu putra Pangeran Pakaos, cucu Sunan Kudus. Selain menyebarkan agama Islam, Pangeran Katandur juga ahli bercocok tanam dengan mengajarkan penduduk setempat cara membajak tanah yang disebut nanggala atau salaga yaitu menggunakan 2 bambu yang ditarik 2 ekor sapi. Kemudian lambat laun banyaknya petani yang menggunakan tenaga sapi untuk menggarap sawahnya sehingga secara bersamaan timbullah niat untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Akhirnya, perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olah raga lomba adu cepat yang disebut kerapan sapi.Pulau Madura yang terletak di lepas pantai Jawa Timur merupakan tempat menarik untuk Anda kunjungi dan perolehlah pengalaman unik sekaligus mengesankan di sini. Kunjungilah Madura melalui jembatan Suramadu atau hanya 1,5 jam dengan menggunakan feri. Anda juga dapat menggunakan kendaraan umum atau sewaan dari Surabaya untuk sampai di berbagai kota di Madura.
2.   Kuda renggong  
Koda renggong merupakan seni pertunjukan tradisional yang sangat populer di kabupaten Sumedang. Atraksi ini berupa pertunjukan dimana seekor kuda yang terlatih melakukan gerakan menari dan berjalan mengikuti hentakan musik tradisional sunda yang disebut kendang pencak.
 Seekor kuda dilatih dengan baik untuk membuat gerakan seperti menari atau kadang juga melakukan gerakan seperti berkelahi melawan pelatihnya dengan gaya pencak silat. Oleh sebab itulah pertunjukan ini juga sering disebut dengan pertunjukan kuda pencak. Mulai tahun 1910 hingga sekarang kuda renggong secara tradisional sering dipertontonkan pada acara khitanan / sunatan. Sebelum seorang anak dikhitan, sang anak diarak mengelilingi kota di atas punggung kuda renggong diikuti oleh anggota keluarga dan kerabat dekat yang ikut menari di depanya dan berkeliling dari satu desa ke desa lainya.
Atraksi budaya kuda renggong






3.   3. Wayang Golek  
Wayang Golek

Di Sumedang, salah satu tempat di mana terdapat banyak pengrajin wayang golek ialah desa Rancakalong, sebuah desa yang terletak antara Bandung - Suedang tepatnya sebelum Cadas Pangeran. Desa Ranca Kalong saat ini juga dijadikan sebagai desa wisata di mana kerap ditampilkan pertunjukan wayang golek dan atraksi kesenian lainnya seperti tari jaipongan, tari merak dan tari topeng.Selain menyaksikan pertunjukan kesenian, anda bisa membeli wayang golek untuk dijadikan souvenir untuk dibawa pulang, harga yang ditawarkan juga cukup murah dengan kualitas yang cukup baik.